Kami pun bergembira-ria saat tahu akan mengikuti acara yang
dilaksanakan hari sabtu tersebut. Bukan karena loyalitasnya pada Jalancagak,
melainkan karena acara tersebut menggenapkan liburnya KBM yang hari Jum`atnya
diisi oleh seminar etrepreneurship bersama Ir. H. Heppy Trenggono, tentu hal
itu merupakan suatu hal yang langka. Anak-anak pun sangat antusias mengikuti
acara ini. Pagi-pagi mereka sudah siap dengan kostumnya masing-masing. Untuk
kostum, dibagi menjadi tiga model sesuai intruksi dari Pak Dicky. Model pertama
adalah seragam hari senin-selasa lengkap dengan dasi dan blazer, model kedua
adalah baju koko putih dengan celana hitam dan model ketiga adalah kaos putih
polos dengan celana batik plus sarung yang melingkar di leher, meniru kostum
adat betawi sebagai kostum adat yang memang diintruksikan oleh Pak Dicky.
Kurang lebih pukul tujuh, kami berangkat dengan truck bersama
rombongan dari SMPIT. Bergembira-ria bersama hembusan angin seiring melajunya
truck. Sedikit aneh juga melihat orang-orang yang rapi berjas menaiki truck.
Tiba di pasar jalanjagak, mobilpun berbelok kanan menyusuri gang kecil yang
tidak familier. Dan ketika truck berhenti di depan gedung dengan plang bertuliskan
“Kantor Desa Jalancagak”, seketika kgembiraan kami lenyap. Oh my god. Ternyata
sebagian besar peserta pawai adalah ibu-ibu dan anak-anak kecil, hampir tidak
terlihat remaja SMP-SMA disana. Semangat kami pun menguap seketika. Tak sedikit
anak-anak yang mulai mengoceh, menyesal. “kalau tau gini mending sekolah dah.
Sayang pelajaran TIK.” Ocehan bernada seperti itu terdengar dari anak-anak X.1
dan X.2 yang notabene pelajaran TIKnya –pelajaran favorite bagi mayoritas
anak-anak Foremost karena selalu memakai laptop- jatuh pada hari sabtu.
Akhirnya, merekapun menjadi rombongan paling gagah di sana, apalagi anak-anak
berjas. Bahkan mereka ditempatkan di baris depan iring-iringan RT. 24.
RT. 24? Ah ya, RT. 24 adalah RTnya Yayasan As-Syifa berada. tidak
banyak dari kami yang mengetahui hal itu sebelum salah seorang panitia
memberikan kami plang kecil dengan gagang sebagai penanda indetitas. Dan agak kaget juga kami melihat foto Pak
Marhusin terpampang di bagian samping plang tersebut yang menunjukkan ketua RT,
tidak sedikit dari kami yang terkekeh saat melihatnya.
Cukup lama kami menunggu di lapangan untuk memulai pawai. Untung
hari itu tidak panas mengingat sebagian dari kami tengah berpuasa ayyamul
bidh. Sebagian dari kami menghabiskan waktu tersebut dengan berfoto sambil
memegan plang prestasi yang dibagikan oleh guru-guru As-Syifa di sana, berpose
seolah-olah dialah peraih prestasi tersebut. Sebagian lagi lebih memilih
mengobrol dan ada juga yang duduk-duduk di atas rumput lapangan.
Setelah sekian lama menunggu, rombongan RT. 24 pun mulai bergerak
dengan pasukan blazer di baris depan, disusul pasukan baju koko dan adat. Eh,
ternyata masih ada pasukan RT. 24 di depan anak-anak yang menggunakan blazer,
yaitu pasukan satpam As-Syifa dengan kaos bertuliskan “As-Syifa Guard” di
depanya dan slayer hijau menutupi kepalanya. Kami tak tahu kenapa pasukan
satpam itu di ikut sertakan di acara ini sebelum kami melewati panggung
penlaian. Ternyata mereka menunjukan semacam gerakan Pencak Silat di depan
panggung penilaian dengan kompak dan gagah. Setelah selesai pertunjukan
tersebut, kamipun melanjutkan perjalanan melewati panggung penilaian. Seorang
lelaki paruh baya yang sepertinya seorang MC membaca satu-persatu plang
prestasi yang kami bawa. Orang-orang yang menonton iring-iringan kami di
pinggir jalan menatap kagum, entah karena plang prestasi yang kami tunjukan,
atau pasukan blazer yang terlihat gagah, atau mungkin melihat wajah-wajah kami
yang terlihat bersih dan berbeda dengan wajah pemuda-pemuda setempat pada umumnya.
Pawai berakhir di lapangan alun-alun jalanjagak yang terletak di
pinggir jalan raya. Kami pun di instruksikan untuk segera menuju pom bensin
yang terletak kurang lebih 200Meter dari alun-alun. Di pom bensin tersebut
sudah menunggu empat buah truck yang akan mengantar kami (Foremost, anak-anak
SMPIT dan satpam) pulang. Sebelum menaiki truck, kami diberi snack gratis.
Snack yang menggoda ini membuat anak-anak yang sedang puasa tak kuat “menahan
nafsu” hingga akhirnya membatalkannya. Salah satunya adalah Chessa, setengah
bergurau iya berkata, “Lagian takjilnya di bagiin sekarang.” Yang langsung di
sambut tawa ringan teman- temannya.
Waktu menunjukan hampir pukul sepuluh saat kami tiba di asrama.
Tidak ada instruksi untuk memulai KBM maka kamipun segera menuju kamar masing
masing untuk melepas lelah yang sebenarnya tidak seberapa. Hari itupun berlalu
tanpa KBM. What a perfect day!
0 komentar:
Posting Komentar