Tingkat kriminalitas semakin tinggi.
Premanisme bak wabah yang menular ke setiap daerah. Aparat keamanan, tampak
semakin kewalahan, sehingga kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang
bisa mencegah. Berita-berita mengerikan setiap hari kita dengar melebihi
sarapan pagi. Entah itu soal pembunuhan,
perampokan, bahkan pemerkosaan. Lantas apakah kita akan berdiam diri
menyaksikan semua itu lewat di depan mata, menunggu aparat keamanan datang atau
mengharapkan seorang macam ’superman’ turun tangan?
Keamanan dan perlindungan lebih banyak berada
di tangan kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain karena
mereka juga dalam posisi yang sama. Saat ini semua orang, anggota masyarakat
sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Kriminal bisa menyentuh
laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi
sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri.
Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk
menghindari kejahatan. Misalnya, jangan mudah percaya pada kata-kata orang
lain. Sebaiknya kita melakukan perjalanan tidak seorang diri, apalagi jika di
malam hari. Kaum perempuan juga dihimbau agar mengenakan pakaian yang sopan dan
tidak mengenakan perhiasan, dsb. Namun semua itu adalah batas minimalis yang
bisa kita lakukan. Bagaimana jika sudah melakukan hal-hal itu, ternyata kita
terpaksa berhadapan dengan penjahat?
Mengapa kita tidak menggalakkan ilmu bela
diri? begitu banyak perguruan ilmu bela diri di tanah air yang bisa kita ikuti.
Dahulu, ilmu bela diri mencapai puncak kejayaan sehingga memiliki banyak
pengikut. Namun harus diingat bahwa bela diri bukan untuk bergaya, tetapi bisa
digunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Saya apresiasi terhadap
sekolah-sekolah yang mencantumkan bela diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
Akan lebih baik lagi jika para pendidik menyoalisasikan agar siswa-siswa
mengikutinya disertai penjelasan situasi dan kondisi yang semakin rawan.
Para
orang tua, sebaiknya juga mengupayakan agar anak-anaknya belajar ilmu
bela diri. Lihat kemungkinan yang terdekat, kalau di sekolah masing-masing ada,
maka lebih baik izinkan mereka mengikutinya. Namun kalau di sekolah tidak
menyelenggarakan ekstra kurikuler bela diri, carilah perguruan ilmu bela diri
terdekat, entah itu karate, tae kwondo, silat, jiu jitsu dll. Kegiatan ini
sangat bermanfaat. selain untuk melindungi diri dari kriminalitas, ilmu bela
diri juga membangkitkan rasa percaya diri pada seseorang, membuat tubuh menjadi
sehat dan kuat. Bandingkan dengan anak-anak yang hobinya hanya main game atau
terjebak dalam pergaulan bebas.
Ilmu bela diri juga tidak hanya bisa diikuti
oleh remaja dan atau anak-anak muda. Orang tua pun bisa mempelajarinya. Banyak
orang yang merasa sudah bertambah usia,
semakin berkurang tenaganya sehingga tidak akan bisa berolahraga berat. Memang
benar bahwa beberapa macam ilmu bela diri membutuhkan banyak tenaga seperti
karate dan tae kwondo. Orang tua tidak bisa dipaksa untuk memilih semacam itu,
tetapi bisa memilih jenis ilmu bela diri lainnya yang lebih lembut. Misalnya
silat, ilmu bela diri asli Indonesia ini memiliki beberapa katagori yang bisa
diikuti anak-anak hingga dewasa. Dan silat, relatif tidak menguras terlalu
banyak tenaga fisik.
Jadi, apa sulitnya mempelajari bela diri? soal
waktu? kalau orang kantoran, bagaimana jika diusulkan kepada manajemen agar
menyelenggarakan kegiatan tersebut di halaman kantor setelah usai jam kantor.
daripada terjebak kemacetan di jalan, lebih baik mempelajari ilmu bela diri.
Toh, rata-rata hanya dua kali dalam seminggu. Atau carilah perguruan ilmu bela
diri yang melakukan latihan pada hari libur, misalnya sabtu atau minggu. Kalau
ada kemauan pasti ada jalan. Tunggu apa lagi? sampai kita menjadi korban
kriminalitas? Semoga tidak.
0 komentar:
Posting Komentar