Hidup di boarding alias pesantren itu banyak suka dukanya. Tapi kalau bisa dihitung pasti, mungkin lebih banyak dukanya. Banyak tantangan buat bisa survive di boarding. Di samping peraturan yang bejibun gila, kita juga harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial yang sangat erat di lingkungan boarding. Murid-murid yang datang dari berbagai penjuru Nusantara membawa budaya masing-masing yang begitu variatif. Hal itu menjadi tantangan tersendiri buat anak boarding.
Dalam pergaulan boarding yang gak gaul, kita harus bisa menyatu dengan penduduknya yang heterogen. Kalau kita gak bisa mengikuti arus sosial, bisa dipastikan kita bakal terkucilkan alias didiskriminasi. Salah satu dinamika unik boarding yang mungkin tidak ditemukan di sekolah umum, adalah anak boarding paling gak bisa menoleransi yang namanya comel alias lemes alias tukang ngadu. Hal ini memang menjadi dilema anak boarding. Di satu sisi Islam mengajarkan amar ma'ruf nahi munkar, di sisi lain kita juga harus menjaga ukhuwwah diantara teman-teman. Ini menjadi semacam buah simalakama, menjadikan anak boarding serba salah. Tapi bagaimana pun kita harus bisa menjadikan dua hal berjalan bersamaan.
Memang ribet hidup di boarding itu.
Farhan Fakhriza
Jadi inget pas kelas sepuluh... :D :')
BalasHapus