Opening SBC (Syifa BasketBall Cup)

Syifa BasketBall Cup 2014. Acara Ini Adalah event tahunan BEM As-Syifa Boarding School seiringnya ada Hari Raya Iedul Adha / Iedul Qurban. Acara Ini temanya adalah Quban Cup Yang Bernama Syifa BasketBall Cup....

Idul Adha #Qurban #1435H

Foto-Foto Dokumentasi Suasana Idul Qurban 1435H di SMAIT As Syifa Boarding School Putra You Want Look? Klick In Here!

Sekolah Kerja Nyata (Cupunegara)

SKN atau Sekolah Kerja Nyata adalah agenda tahunan SMAIT As-Syifa khusus bagi murid-murid kelas 11. Sesuai namanya, SKN terinspirasi dari kegiatan mahasiswa yaitu...

Ramadhan di Asbosch

Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Asek dah, setelah satu tahun kita ditinggal tamu agung ini, akhirnya allah mempertemukan kita lagi...

Party Foremost

Foto-Foto Dokumentasi Suasana Pesta Anak-anak... eweuh gawe... You Want Look? Klick In Here!

Minggu, 24 Agustus 2014

Janjiku (oleh Sholih)



Janjiku
Oleh : Sholih

Inilah Islam..
Agama yang tentram..
                Inilah agamaku..
                Agama yang tidak kaku..
                Bagi siapapun yang patuh
Itulah agamaku..
Ku ikuti tanpa ragu..
Agama sempurna..
Jaminannya surga..
                Namun apa yang terjadi..
                Agamaku berpecah belah tanpa henti..
                Dimulai dari khilafah yang berhenti..
                Dikarenakan si laknat yahudi..
Ingin rasanya..
Kurubah semuanya..
Ku ulang kembali..
Masa emas yang terhenti..
                Namun aku hanyalah pelajar..
                Yang hanya bisa terus belajar..
                Yang terkadang kurang hajar..
                Bahkan harus ditampar..
Tapi..
Aku berjanji..
Takkan pernah berhenti..
Untuk terus berlari..
Sampai islam bangkit kembali
Walaupun ku harus mati..
                Tabahlah..
Sabarlah..
Dan yakinlah..
                Wahai para perindu khilafah..
                Suatu saat nanti..
                Khilafah pasti tegak kembali..
                Sebelum aku mati..
                Jika allah menghendaki..

Ramadhan di Asbos



Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Ramadhan tiba…
Asek dah, setelah satu tahun kita ditinggal tamu agung ini, akhirnya allah mempertemukan kita lagi dengan ramadhan tahun 1435. Alhamdulillah.
Bagi anak-anak Foremost, ini adalah ramadhan kedua di asbos, tentu kami sudah tidak terlalu asing dengan suasana ramandhan di asbos. Tidak seperti di rumah, suasana ramadhan di asbos itu kerasa banget. Setiap ada waktu luang, entah itu di kelas, kamar, ataupun masjid, kerap terdengar dengung tilawah al-qur`an.
Buat kalian yang belum pernah ngerasain “nikmatnya “ Ramadhan di Asbos, kami akan sedikit menjelaskanta, siapa tahu kalian tertarik masuk asbos. Iya kan? :D
Ada banyak keunikan ramadhan di asbos, dan mugkin diantaranya umum terjadi di sekolah-sekolah boarding lainya. Well, inilah keunikan ramadhan di asbos, khususnya SMAIT. Kam tidak akan memilah mana yang positif  & Mana yang negatif, karena hal itu kembali pada persepsi masing-masing. Here are they :

1.       Antusiasme Tilawah Al- Quran.

Mulai masuknya ramadhan, ba`da sholat maghrib di hari terakhir bin sya`ban, yang menandakan dimulainya bulan baru di kalender hijryah, segenap “penduduk asbos siap mewujudkan target khatamanmya masing-masing. Para murid, guru, maupun wali asrama, semuanya begitu antusias menyambut ramadhan. Lantunan ayat suci yang dibaca berbarengan menciptakan suara riuk yang menentramkan sekaligus mengggetarkan diding masjid.
Hali itu tidak terjadi ehari dua hari saja melainkan terus menerus selama bulan ramadhan meskipun jika diteliti kabanyakan murid mengalami penurunan dalam capaian tilawah perharinya, namun tidak terlalu signifikan.
SMAIT menetapkan capaian minimal tilawah yang harus di selesaikan sebelum liburan, yaitu 2 kali khatam. Hal ini berarti seluruh murid harus 2x menyelesaikan tilawahnya dalam waktu 3 pekan. Susah gak tuh, brad? Buat sebagian besar murid yang notrabene lulusan smp boarding si gampang-gampang saja. Tapi bagi murid dari smp negri mungkn agak keteteran, ya kalau belum biasa. Meski begitu, bukan anak asbos namanya kalau mudah menyerah!
2.       Lomba Sprint Jarak Pendek Ba`da Sholat magrib
Antrian bukan hal yang asing lagi di boarding. Antri mandi dan makan adalah sebuah keniscayaan bagi setiap siswa boarding school. Dikarenakan jumlah murid yang cukup banyak, tentu berlaku “hokum rimba” di sini. Siapa cepat dia dapat. Lho, bukanaya hum rimba berbunyi “siapa kuat dia menang”? baiklah, kita sebut saja hukum itu “hukum boarding”.
Ada beberapa tips agar tidak terjebak antrian untuk mandi, mandilah pada waktu-waktu sepi! Kalau tidak sanggup sebelum subuh maka setelah subuh atau tahfidz, segeralah menuju kamar mandi! Jangan berleha-leha dulu apalagi tidur, itu berabe jadinya, bisa telat berangkat sekolah. Makanpun sama, berangkatlah se-awal mungkin! Tapi kalau ini resikonya kebih gawat, keabisan jatah makanan! Apalagi kalau menu yang bersifat “uncountable” sebperti sayur, tempe oreg, mie, dsb., dan kebetulan sedang tidak ada ustad yang berjaga, kemungkinan besar bakal kehabisan.
Nah, Kolaborasi dari hukum boarding ditambah nafsu berbuka puasa ditambah  “watak orang Indonesia” yang cenderung tidak teratur, menghasilkan fenomena ini.
Meskipun hal ini tidak dilakukan semua murid, namun fenomena “unik” ini cukup terlihat. Setelah melaksanakan  sholat maghrib, dzikir dan sholat ba`diyah yang dilakukan secepat kilat, sebagian murid yang “tidak kuat menahan nafsunya” segera berpacu menuju tempat antruan di depan kantor asrama. Kompetinsi sprint dadakan pun tak terelakan. Sebagian yang lebih nekat bahkan tidak melaksanakan sholat sunnah ba`diyah.
3.       “Kenikmatan” menu Makan Menurun.
Sudah menjadi hal yang lazim bagi murid-murid Boarding school untuk bersikap “apa adanya” terhadap menu makan. Meskipun menu makandi asbos cenderung enak, tapi adakalanya menu makan di dapur tidak disukai banyak murid.
                Nah, di bulan ramadhan ini, menu makan dapat anggaran tambahan yang bersifat sukarela dari para orang tua murid. Hal itu menejadikan menu sahur dan berbuka puasa menjadi lebih “wah”. Namun jika di perhatikan, menu makan tersebut semakin berkurang “kenikmatanya” seiring waktu. Misalnya, menu sahur hari pertama ; ayam goreng, hari kedua ; telur goreng, hari ketiga ; tempe goreng, dan hari ke empat ; tahu goreng. Keren kan? :D
Meski begitu, menurut Badan Survey Angkatan Foremost atau BSAF (emang ada?), penurunan kenikmatan ini hanya terjadi pada menu makan sahur saja, sementara menu berbuka menunjukan grafik naik turun. BSAF berspekulasi bawa pihak dapur mengatur alokasi dana yang ada untuk menstabilkan menu berbuka. Karena menu sahur tidak akan terlalu dinikmati, apalagi makanya sambil mengigau (?)
Menu sahur di 3 hari pertama
Hari ke -1      : Ayam Goreng           C
Hari ke -2      : Perkedel Jagung              A
Hari ke -3      : Tempe Goreng                      D

Menu berbuka 3 hari pertama
Hari ke -1      : Ayam Goreng           C
Hari ke -2      : Daging Bumbu         C
Hari ke -3      : Telur Dadar                      D

Itulah 3 hal unik yang terjadi selama ramadhan di boarding school. Kaloau dirasakan alngsung jelas akan lebih terasa “sensasi”nya. Maka kaloau ada yang bilang “nyantri” itu bikin bete, terkekang, terisolir, itu salah. Selama niat kita baik dan tekad kita kuat, kehidupan di pesantren akan terasa menyenangkan

Kamis, 21 Agustus 2014

Asbos Party





Tugas Seni (DokumenJadul)









The Truth of Life


Anak Religius Kesulitan Membedakan Fakta dan Fiksi

Paparan terhadap ajaran agama memengaruhi kemampuan anak dalam membedakan fakta dan fiksi. Hal itu terungkap dalam publikasi riset di jurnal Science Cognitive.

Anak-anak yang aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya di gereja, terlampau mafhum terhadap karakter dalam cerita kitab suci ataupun fantasi.

Kathleen H Corriveau, dari School of Education di Boston University, dan rekannya melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah anak berusia 5-6 tahun.

Anak-anak dibagi dalam 4 kelompok, yakni yang belajar di sekolah umum dan ke gereja, di sekolah umum tetapi tidak ke gereja, di sekolah agama dan ke gereja, serta di sekolah agama tetapi tidak ke gereja.

Semua anak diperkenalkan pada tiga jenis cerita, yaitu cerita kitab suci, cerita fantasi (penuh keajaiban), serta cerita yang realistis (unsur ilahi dan keajaiban dihilangkan).

Selanjutnya, semua anak diminta untuk menilai karakter protagonis dalam cerita, apakah nyata atau fiksi.

Semua anak menyatakan bahwa karakter protagonis nyata dalam cerita realistis. Ini tidak mengejutkan.

Namun, ketika dihadapkan pada cerita kitab suci, penilaian masing-masing anak berbeda. Anak yang belajar agama lebih banyak menilai bahwa karakter protagonis dalam cerita itu nyata, sementara anak yang sekuler menilai fiksi.

Demikian pula ketika anak dihadapkan pada cerita fantasi. Anak yang kurang terpapar ajaran agama menilai bahwa tokoh protagonis beserta keajaiban dalam cerita itu fiksi.

Diberitakan situs IFLScience.com, Jumat (25/7/2014), Corriveau menilai bahwa agama membuat anak sulit membedakan antara fiksi dan nyata.

Peneliti mengakui bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi penilaian anak belum diperhitungkan dalam risetnya. Namun, ia beranggapan bahwa agama memang berperan penting.

Jadi, bagaimana dengan kita yang hidup di As-Syifa? Bukankah kita menuntut ilmu di sekolah agama dan kita selalu pergi ke Masjid? Jadi, kita tidak bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi dong?. Tentu saja tidak, dengan bersekolah di As-Syifa kita bukan hanya dapat membedakan mana yang fakta dan fiksi, tetapi kita mendapatkan yang lebih istimewa yaitu kita dapat membedakan mana yang benar dan yang salah, yang bermanfaat dan yang merugikan. Bukankah Islam telah mengajarkan kita untuk mengamati sesuatu dengan lebih seksama, melihat kedalam lebih jelas. Itulah yang membedakan kita, kita bukan hanya tahu yang benar dan salah, tetapi kita tahu yang terbaik untuk kita dan alam semesta.

Dari  :  Sena
Kelas :  11-IIS

The Way (Oleh M Fauzan Yalasena)

Sains di Balik Kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 2014

Kualitas pemain kini tidak cukup untuk mengantarkan sebuah negara memenangkan Piala Dunia. Kemenangan Jerman dalam kompetisi sepak bola paling besar yang digelar di Brasil sejak Juni 2014 menunjukkannya.

Jerman mempermalukan Brasil dengan skor 7-1 dalam pertandingan babak semifinal. Dalam babak final, Jerman berhasil mengalahkan tim dari negara yang tak kalah tangguh permainan sepak bolanya, Argentina.

Apa kunci kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 2014? Jawabannya adalah penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu menganalisis performa pemain dan menentukan strategi permainan.

Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh Jerman bisa dilihat dalam dua hal, yakni penggunaan Big Data untuk menganalisis permainan dan menentukan strategi serta program latihan inovatif yang berfungsi meningkatkan performa pemain.

Tim Jerman yang disponsori oleh Adidas dan Daimler, seperti dikutip Wall Street Journal, Kamis (10/7/2014), menggunakan solusi Big Data dari SAP. Solusi berupa sebuah tool bernama Match Insight.

Bekerja sama dengan 50 mahasiswa Universitas Olahraga Cologne, tim Jerman mengumpulkan data dari setiap tim lawan sebelum dan selama Piala Dunia, mulai dari pemain hingga strategi permainan yang dikembangkan, bahkan setiap artikel di koran tentang permainan lawan.

Para mahasiswa yang direkrut sendiri merupakan penggemar sepak bola. Sebelum mereka diberi hak untuk mengumpulkan dan menganalisis data, mereka diminta bersumpah untuk menjaga kerahasiaan data.

Dengan solusi itu, Jerman, misalnya, menganalisis permainan Brasil dalam empat tahun terakhir. "Kami punya data permainan Brasil tanpa Silva dan Neymar," kata Olivier Bierhoff, manager tim Jerman, dalam wawancara dengan ESPN, Selasa (8/7/2014) lalu.

Match Insight juga membantu tim Jerman melakukan evaluasi. Perangkat itu terhubung dengan kamera di lapangan yang bisa merekam pertandingan. Video rekaman berdurasi singkat bisa dikirim kepada pemain lewat perangkat mobile.

Bierhoff mengatakan, "Pemain mendapatkan beberapa contoh hal baik dan buruk yang dilakukan setiap pertandingan usai. Mereka bisa melihat kapan pun serta bisa juga mengecek data performa permainan."

Bukti bahwa Match Insight membantu, selain dalam kemenangan telak melawan Brasil, adalah saat bertanding melawan Perancis. Tim Jerman menjadi tahu, selama pertandingan, tim Perancis cenderung terkonsentrasi di tengah tetapi lemah di bagian sayap. Celah itu digunakan untuk menyerang.

Tak cuma Match Insight. Jerman, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (12/7/2014), juga menjadi satu-satunya tim yang menggunakan pelacak GPS untuk mendeteksi gerakan dan vitalitas pemain. Dengan itu, mereka meminimalisasi risiko cedera.

Selain perangkat lunak, Jerman juga menggunakan wawasan biologi dan kedokteran untuk meningkatkan performa pemain. Sebelum Piala Dunia, tim Jerman mengadakan latihan selama 10 hari di Alpen, Italia.

Mengapa Alpen? Wilayah itu berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Latihan di tempat itu akan memicu produksi hemoglobin, molekul yang membawa oksigen dalam peredaran darah. Dengan hemoglobin lebih banyak, pemain memiliki ketahanan lebih tinggi.

Delapan hari sebelum pertandingan, tim Jerman menuju tempat tinggal sementara mereka di Brasil di wilayah dekat Porto Seguro. Di sana, mereka punya tempat tinggal sementara dengan kapasitas 60 kamar yang dibangun setahun lalu oleh pengembang Hirmer Immobilien GmbH & Co.

Mengapa mereka tinggal di sana, tidak di hotel? Di tempat itu, tim Jerman belajar beradaptasi dengan kondisi tropis yang lembab. Sebelum Piala Dunia kali ini, Jerman belum memenangkan pertandingan yang digelar di Amerika Latin.

Langkah Jerman kali ini boleh jadi menandai era baru dalam pertandingan olahraga. Dalam pertandingan olahraga masa depan, bukan cuma kekuatan pemain yang diadu, melainkan juga kedigdayaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maka, beruntunglah wahai kalian yang bersekolah di As-Syifa karena disana kita diajarkan untuk menyelesaikan problem dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi gunakanlah ilmu kalian untuk hal yang bermanfaat, dan gunakan laptop dan gadget kalian untuk menghasilkan suatu prestasi.

Dari  : Sena
Kelas : 11-IIS

PENTINGNYA MEMPELAJARI BELADIRI (Oleh Faisal A J)




Tingkat kriminalitas semakin tinggi. Premanisme bak wabah yang menular ke setiap daerah. Aparat keamanan, tampak semakin kewalahan, sehingga kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang bisa mencegah. Berita-berita mengerikan setiap hari kita dengar melebihi sarapan pagi.  Entah itu soal pembunuhan, perampokan, bahkan pemerkosaan. Lantas apakah kita akan berdiam diri menyaksikan semua itu lewat di depan mata, menunggu aparat keamanan datang atau mengharapkan seorang macam ’superman’ turun tangan?

Keamanan dan perlindungan lebih banyak berada di tangan kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain karena mereka juga dalam posisi yang sama. Saat ini semua orang, anggota masyarakat sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Kriminal bisa menyentuh laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri.

Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari kejahatan. Misalnya, jangan mudah percaya pada kata-kata orang lain. Sebaiknya kita melakukan perjalanan tidak seorang diri, apalagi jika di malam hari. Kaum perempuan juga dihimbau agar mengenakan pakaian yang sopan dan tidak mengenakan perhiasan, dsb. Namun semua itu adalah batas minimalis yang bisa kita lakukan. Bagaimana jika sudah melakukan hal-hal itu, ternyata kita terpaksa berhadapan dengan penjahat?

Mengapa kita tidak menggalakkan ilmu bela diri? begitu banyak perguruan ilmu bela diri di tanah air yang bisa kita ikuti. Dahulu, ilmu bela diri mencapai puncak kejayaan sehingga memiliki banyak pengikut. Namun harus diingat bahwa bela diri bukan untuk bergaya, tetapi bisa digunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Saya apresiasi terhadap sekolah-sekolah yang mencantumkan bela diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Akan lebih baik lagi jika para pendidik menyoalisasikan agar siswa-siswa mengikutinya disertai penjelasan situasi dan kondisi yang semakin rawan.

Para  orang tua, sebaiknya juga mengupayakan agar anak-anaknya belajar ilmu bela diri. Lihat kemungkinan yang terdekat, kalau di sekolah masing-masing ada, maka lebih baik izinkan mereka mengikutinya. Namun kalau di sekolah tidak menyelenggarakan ekstra kurikuler bela diri, carilah perguruan ilmu bela diri terdekat, entah itu karate, tae kwondo, silat, jiu jitsu dll. Kegiatan ini sangat bermanfaat. selain untuk melindungi diri dari kriminalitas, ilmu bela diri juga membangkitkan rasa percaya diri pada seseorang, membuat tubuh menjadi sehat dan kuat. Bandingkan dengan anak-anak yang hobinya hanya main game atau terjebak dalam pergaulan bebas.

Ilmu bela diri juga tidak hanya bisa diikuti oleh remaja dan atau anak-anak muda. Orang tua pun bisa mempelajarinya. Banyak orang yang merasa  sudah bertambah usia, semakin berkurang tenaganya sehingga tidak akan bisa berolahraga berat. Memang benar bahwa beberapa macam ilmu bela diri membutuhkan banyak tenaga seperti karate dan tae kwondo. Orang tua tidak bisa dipaksa untuk memilih semacam itu, tetapi bisa memilih jenis ilmu bela diri lainnya yang lebih lembut. Misalnya silat, ilmu bela diri asli Indonesia ini memiliki beberapa katagori yang bisa diikuti anak-anak hingga dewasa. Dan silat, relatif tidak menguras terlalu banyak tenaga fisik.

Jadi, apa sulitnya mempelajari bela diri? soal waktu? kalau orang kantoran, bagaimana jika diusulkan kepada manajemen agar menyelenggarakan kegiatan tersebut di halaman kantor setelah usai jam kantor. daripada terjebak kemacetan di jalan, lebih baik mempelajari ilmu bela diri. Toh, rata-rata hanya dua kali dalam seminggu. Atau carilah perguruan ilmu bela diri yang melakukan latihan pada hari libur, misalnya sabtu atau minggu. Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Tunggu apa lagi? sampai kita menjadi korban kriminalitas? Semoga tidak.