Opening SBC (Syifa BasketBall Cup)
Syifa BasketBall Cup 2014. Acara Ini Adalah event tahunan BEM As-Syifa Boarding School seiringnya ada Hari Raya Iedul Adha / Iedul Qurban. Acara Ini temanya adalah Quban Cup Yang Bernama Syifa BasketBall Cup....
Idul Adha #Qurban #1435H
Foto-Foto Dokumentasi Suasana Idul Qurban 1435H di SMAIT As Syifa Boarding School Putra You Want Look? Klick In Here!
Sekolah Kerja Nyata (Cupunegara)
SKN atau Sekolah Kerja Nyata adalah agenda tahunan SMAIT As-Syifa khusus bagi murid-murid kelas 11. Sesuai namanya, SKN terinspirasi dari kegiatan mahasiswa yaitu...
Ramadhan di Asbosch
Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Asek dah, setelah satu tahun kita ditinggal tamu agung ini, akhirnya allah mempertemukan kita lagi...
Party Foremost
Foto-Foto Dokumentasi Suasana Pesta Anak-anak... eweuh gawe... You Want Look? Klick In Here!
Minggu, 24 Agustus 2014
Janjiku (oleh Sholih)
Janjiku
Oleh : Sholih
Inilah
Islam..
Agama yang
tentram..
Inilah agamaku..
Agama yang tidak kaku..
Bagi siapapun yang patuh
Itulah
agamaku..
Ku ikuti
tanpa ragu..
Agama
sempurna..
Jaminannya
surga..
Namun apa yang terjadi..
Agamaku berpecah belah tanpa
henti..
Dimulai dari khilafah yang
berhenti..
Dikarenakan si laknat yahudi..
Ingin
rasanya..
Kurubah
semuanya..
Ku ulang
kembali..
Masa emas
yang terhenti..
Namun aku hanyalah pelajar..
Yang hanya bisa terus belajar..
Yang terkadang kurang hajar..
Bahkan harus ditampar..
Tapi..
Aku
berjanji..
Takkan
pernah berhenti..
Untuk terus
berlari..
Sampai islam
bangkit kembali
Walaupun ku
harus mati..
Tabahlah..
Sabarlah..
Dan yakinlah..
Wahai para perindu khilafah..
Suatu saat nanti..
Khilafah
pasti tegak kembali..
Sebelum aku mati..
Jika allah menghendaki..
Ramadhan di Asbos
Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Ramadhan tiba…
Asek dah, setelah satu tahun kita
ditinggal tamu agung ini, akhirnya allah mempertemukan kita lagi dengan
ramadhan tahun 1435. Alhamdulillah.
Bagi anak-anak Foremost, ini adalah
ramadhan kedua di asbos, tentu kami sudah tidak terlalu asing dengan suasana
ramandhan di asbos. Tidak seperti di rumah, suasana ramadhan di asbos itu
kerasa banget. Setiap ada waktu luang, entah itu di kelas, kamar, ataupun
masjid, kerap terdengar dengung tilawah al-qur`an.
Buat kalian yang belum pernah
ngerasain “nikmatnya “ Ramadhan di Asbos, kami akan sedikit menjelaskanta,
siapa tahu kalian tertarik masuk asbos. Iya kan? :D
Ada banyak keunikan ramadhan di
asbos, dan mugkin diantaranya umum terjadi di sekolah-sekolah boarding lainya.
Well, inilah keunikan ramadhan di asbos, khususnya SMAIT. Kam tidak akan
memilah mana yang positif & Mana
yang negatif, karena hal itu kembali pada persepsi masing-masing. Here are they
:
1.
Antusiasme Tilawah Al-
Quran.
Mulai masuknya
ramadhan, ba`da sholat maghrib di hari terakhir bin sya`ban, yang menandakan
dimulainya bulan baru di kalender hijryah, segenap “penduduk asbos siap
mewujudkan target khatamanmya masing-masing. Para murid, guru, maupun wali
asrama, semuanya begitu antusias menyambut ramadhan. Lantunan ayat suci yang
dibaca berbarengan menciptakan suara riuk yang menentramkan sekaligus
mengggetarkan diding masjid.
Hali itu tidak
terjadi ehari dua hari saja melainkan terus menerus selama bulan ramadhan
meskipun jika diteliti kabanyakan murid mengalami penurunan dalam capaian
tilawah perharinya, namun tidak terlalu signifikan.
SMAIT menetapkan
capaian minimal tilawah yang harus di selesaikan sebelum liburan, yaitu 2 kali
khatam. Hal ini berarti seluruh murid harus 2x menyelesaikan tilawahnya dalam
waktu 3 pekan. Susah gak tuh, brad? Buat sebagian besar murid yang notrabene
lulusan smp boarding si gampang-gampang saja. Tapi bagi murid dari smp negri
mungkn agak keteteran, ya kalau belum biasa. Meski begitu, bukan anak asbos namanya
kalau mudah menyerah!
2.
Lomba Sprint Jarak Pendek Ba`da
Sholat magrib
Antrian bukan
hal yang asing lagi di boarding. Antri mandi dan makan adalah sebuah
keniscayaan bagi setiap siswa boarding school. Dikarenakan jumlah murid yang
cukup banyak, tentu berlaku “hokum rimba” di sini. Siapa cepat dia
dapat. Lho, bukanaya hum rimba berbunyi “siapa kuat dia menang”? baiklah, kita
sebut saja hukum itu “hukum boarding”.
Ada beberapa
tips agar tidak terjebak antrian untuk mandi, mandilah pada waktu-waktu sepi!
Kalau tidak sanggup sebelum subuh maka setelah subuh atau tahfidz, segeralah
menuju kamar mandi! Jangan berleha-leha dulu apalagi tidur, itu berabe jadinya,
bisa telat berangkat sekolah. Makanpun sama, berangkatlah
se-awal mungkin! Tapi kalau ini resikonya kebih gawat, keabisan jatah makanan!
Apalagi kalau menu yang bersifat “uncountable” sebperti sayur, tempe
oreg, mie, dsb., dan kebetulan sedang tidak ada ustad yang berjaga, kemungkinan
besar bakal kehabisan.
Nah, Kolaborasi
dari hukum boarding ditambah
nafsu berbuka puasa ditambah “watak
orang Indonesia” yang cenderung tidak teratur, menghasilkan fenomena ini.
Meskipun hal ini
tidak dilakukan semua murid, namun fenomena “unik” ini cukup terlihat. Setelah
melaksanakan sholat maghrib, dzikir dan sholat ba`diyah yang
dilakukan secepat kilat, sebagian murid yang “tidak kuat menahan
nafsunya” segera berpacu menuju tempat antruan di depan kantor asrama.
Kompetinsi sprint dadakan pun tak terelakan. Sebagian yang lebih nekat bahkan
tidak melaksanakan sholat sunnah ba`diyah.
3.
“Kenikmatan” menu Makan
Menurun.
Sudah menjadi hal yang lazim bagi
murid-murid Boarding school untuk bersikap “apa adanya” terhadap menu makan.
Meskipun menu makandi asbos cenderung enak, tapi adakalanya menu makan di dapur
tidak disukai banyak murid.
Nah, di
bulan ramadhan ini, menu makan dapat anggaran tambahan yang bersifat sukarela
dari para orang tua murid. Hal itu menejadikan menu sahur dan berbuka puasa menjadi lebih “wah”. Namun jika di perhatikan, menu
makan tersebut semakin berkurang “kenikmatanya” seiring waktu. Misalnya, menu
sahur hari pertama ; ayam goreng, hari kedua ; telur goreng, hari ketiga ;
tempe goreng, dan hari ke empat ; tahu goreng. Keren kan? :D
Meski begitu, menurut Badan Survey Angkatan Foremost
atau BSAF (emang ada?), penurunan kenikmatan ini hanya terjadi pada menu makan
sahur saja, sementara menu
berbuka menunjukan grafik naik turun. BSAF berspekulasi bawa pihak dapur mengatur alokasi dana yang ada
untuk menstabilkan menu berbuka. Karena menu sahur tidak akan terlalu dinikmati,
apalagi makanya sambil mengigau (?)
Menu sahur
di 3 hari pertama
Hari ke -1 : Ayam Goreng ¶¶¶¶¶ C
Hari ke -2 : Perkedel Jagung ¶¶¶ A
Hari ke -3 : Tempe Goreng ¶¶ D
Menu berbuka
3 hari pertama
Hari ke -1 : Ayam Goreng ¶¶¶¶¶ C
Hari ke -2 : Daging Bumbu ¶¶¶¶¶ C
Hari ke -3 : Telur Dadar ¶¶¶ D
Itulah 3 hal
unik yang terjadi selama ramadhan di boarding school. Kaloau dirasakan alngsung
jelas akan lebih terasa “sensasi”nya. Maka kaloau ada yang bilang “nyantri” itu
bikin bete, terkekang, terisolir, itu salah. Selama niat kita baik dan tekad
kita kuat, kehidupan di pesantren akan terasa menyenangkan
Kamis, 21 Agustus 2014
The Truth of Life
Anak Religius Kesulitan Membedakan Fakta dan Fiksi
Paparan terhadap ajaran agama memengaruhi kemampuan anak dalam membedakan fakta dan fiksi. Hal itu terungkap dalam publikasi riset di jurnal Science Cognitive.
Anak-anak yang aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya di gereja, terlampau mafhum terhadap karakter dalam cerita kitab suci ataupun fantasi.
Kathleen H Corriveau, dari School of Education di Boston University, dan rekannya melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah anak berusia 5-6 tahun.
Anak-anak dibagi dalam 4 kelompok, yakni yang belajar di sekolah umum dan ke gereja, di sekolah umum tetapi tidak ke gereja, di sekolah agama dan ke gereja, serta di sekolah agama tetapi tidak ke gereja.
Semua anak diperkenalkan pada tiga jenis cerita, yaitu cerita kitab suci, cerita fantasi (penuh keajaiban), serta cerita yang realistis (unsur ilahi dan keajaiban dihilangkan).
Selanjutnya, semua anak diminta untuk menilai karakter protagonis dalam cerita, apakah nyata atau fiksi.
Semua anak menyatakan bahwa karakter protagonis nyata dalam cerita realistis. Ini tidak mengejutkan.
Namun, ketika dihadapkan pada cerita kitab suci, penilaian masing-masing anak berbeda. Anak yang belajar agama lebih banyak menilai bahwa karakter protagonis dalam cerita itu nyata, sementara anak yang sekuler menilai fiksi.
Demikian pula ketika anak dihadapkan pada cerita fantasi. Anak yang kurang terpapar ajaran agama menilai bahwa tokoh protagonis beserta keajaiban dalam cerita itu fiksi.
Diberitakan situs IFLScience.com, Jumat (25/7/2014), Corriveau menilai bahwa agama membuat anak sulit membedakan antara fiksi dan nyata.
Peneliti mengakui bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi penilaian anak belum diperhitungkan dalam risetnya. Namun, ia beranggapan bahwa agama memang berperan penting.
Jadi, bagaimana dengan kita yang hidup di As-Syifa? Bukankah kita menuntut ilmu di sekolah agama dan kita selalu pergi ke Masjid? Jadi, kita tidak bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi dong?. Tentu saja tidak, dengan bersekolah di As-Syifa kita bukan hanya dapat membedakan mana yang fakta dan fiksi, tetapi kita mendapatkan yang lebih istimewa yaitu kita dapat membedakan mana yang benar dan yang salah, yang bermanfaat dan yang merugikan. Bukankah Islam telah mengajarkan kita untuk mengamati sesuatu dengan lebih seksama, melihat kedalam lebih jelas. Itulah yang membedakan kita, kita bukan hanya tahu yang benar dan salah, tetapi kita tahu yang terbaik untuk kita dan alam semesta.
Dari : Sena
Kelas : 11-IIS
The Way (Oleh M Fauzan Yalasena)
Sains di Balik Kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 2014
Kualitas pemain kini tidak cukup untuk mengantarkan sebuah negara memenangkan Piala Dunia. Kemenangan Jerman dalam kompetisi sepak bola paling besar yang digelar di Brasil sejak Juni 2014 menunjukkannya.
Jerman mempermalukan Brasil dengan skor 7-1 dalam pertandingan babak semifinal. Dalam babak final, Jerman berhasil mengalahkan tim dari negara yang tak kalah tangguh permainan sepak bolanya, Argentina.
Apa kunci kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 2014? Jawabannya adalah penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu menganalisis performa pemain dan menentukan strategi permainan.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh Jerman bisa dilihat dalam dua hal, yakni penggunaan Big Data untuk menganalisis permainan dan menentukan strategi serta program latihan inovatif yang berfungsi meningkatkan performa pemain.
Tim Jerman yang disponsori oleh Adidas dan Daimler, seperti dikutip Wall Street Journal, Kamis (10/7/2014), menggunakan solusi Big Data dari SAP. Solusi berupa sebuah tool bernama Match Insight.
Bekerja sama dengan 50 mahasiswa Universitas Olahraga Cologne, tim Jerman mengumpulkan data dari setiap tim lawan sebelum dan selama Piala Dunia, mulai dari pemain hingga strategi permainan yang dikembangkan, bahkan setiap artikel di koran tentang permainan lawan.
Para mahasiswa yang direkrut sendiri merupakan penggemar sepak bola. Sebelum mereka diberi hak untuk mengumpulkan dan menganalisis data, mereka diminta bersumpah untuk menjaga kerahasiaan data.
Dengan solusi itu, Jerman, misalnya, menganalisis permainan Brasil dalam empat tahun terakhir. "Kami punya data permainan Brasil tanpa Silva dan Neymar," kata Olivier Bierhoff, manager tim Jerman, dalam wawancara dengan ESPN, Selasa (8/7/2014) lalu.
Match Insight juga membantu tim Jerman melakukan evaluasi. Perangkat itu terhubung dengan kamera di lapangan yang bisa merekam pertandingan. Video rekaman berdurasi singkat bisa dikirim kepada pemain lewat perangkat mobile.
Bierhoff mengatakan, "Pemain mendapatkan beberapa contoh hal baik dan buruk yang dilakukan setiap pertandingan usai. Mereka bisa melihat kapan pun serta bisa juga mengecek data performa permainan."
Bukti bahwa Match Insight membantu, selain dalam kemenangan telak melawan Brasil, adalah saat bertanding melawan Perancis. Tim Jerman menjadi tahu, selama pertandingan, tim Perancis cenderung terkonsentrasi di tengah tetapi lemah di bagian sayap. Celah itu digunakan untuk menyerang.
Tak cuma Match Insight. Jerman, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (12/7/2014), juga menjadi satu-satunya tim yang menggunakan pelacak GPS untuk mendeteksi gerakan dan vitalitas pemain. Dengan itu, mereka meminimalisasi risiko cedera.
Selain perangkat lunak, Jerman juga menggunakan wawasan biologi dan kedokteran untuk meningkatkan performa pemain. Sebelum Piala Dunia, tim Jerman mengadakan latihan selama 10 hari di Alpen, Italia.
Mengapa Alpen? Wilayah itu berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Latihan di tempat itu akan memicu produksi hemoglobin, molekul yang membawa oksigen dalam peredaran darah. Dengan hemoglobin lebih banyak, pemain memiliki ketahanan lebih tinggi.
Delapan hari sebelum pertandingan, tim Jerman menuju tempat tinggal sementara mereka di Brasil di wilayah dekat Porto Seguro. Di sana, mereka punya tempat tinggal sementara dengan kapasitas 60 kamar yang dibangun setahun lalu oleh pengembang Hirmer Immobilien GmbH & Co.
Mengapa mereka tinggal di sana, tidak di hotel? Di tempat itu, tim Jerman belajar beradaptasi dengan kondisi tropis yang lembab. Sebelum Piala Dunia kali ini, Jerman belum memenangkan pertandingan yang digelar di Amerika Latin.
Langkah Jerman kali ini boleh jadi menandai era baru dalam pertandingan olahraga. Dalam pertandingan olahraga masa depan, bukan cuma kekuatan pemain yang diadu, melainkan juga kedigdayaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka, beruntunglah wahai kalian yang bersekolah di As-Syifa karena disana kita diajarkan untuk menyelesaikan problem dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi gunakanlah ilmu kalian untuk hal yang bermanfaat, dan gunakan laptop dan gadget kalian untuk menghasilkan suatu prestasi.
Dari : Sena
Kelas : 11-IIS
Kualitas pemain kini tidak cukup untuk mengantarkan sebuah negara memenangkan Piala Dunia. Kemenangan Jerman dalam kompetisi sepak bola paling besar yang digelar di Brasil sejak Juni 2014 menunjukkannya.
Jerman mempermalukan Brasil dengan skor 7-1 dalam pertandingan babak semifinal. Dalam babak final, Jerman berhasil mengalahkan tim dari negara yang tak kalah tangguh permainan sepak bolanya, Argentina.
Apa kunci kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 2014? Jawabannya adalah penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu menganalisis performa pemain dan menentukan strategi permainan.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh Jerman bisa dilihat dalam dua hal, yakni penggunaan Big Data untuk menganalisis permainan dan menentukan strategi serta program latihan inovatif yang berfungsi meningkatkan performa pemain.
Tim Jerman yang disponsori oleh Adidas dan Daimler, seperti dikutip Wall Street Journal, Kamis (10/7/2014), menggunakan solusi Big Data dari SAP. Solusi berupa sebuah tool bernama Match Insight.
Bekerja sama dengan 50 mahasiswa Universitas Olahraga Cologne, tim Jerman mengumpulkan data dari setiap tim lawan sebelum dan selama Piala Dunia, mulai dari pemain hingga strategi permainan yang dikembangkan, bahkan setiap artikel di koran tentang permainan lawan.
Para mahasiswa yang direkrut sendiri merupakan penggemar sepak bola. Sebelum mereka diberi hak untuk mengumpulkan dan menganalisis data, mereka diminta bersumpah untuk menjaga kerahasiaan data.
Dengan solusi itu, Jerman, misalnya, menganalisis permainan Brasil dalam empat tahun terakhir. "Kami punya data permainan Brasil tanpa Silva dan Neymar," kata Olivier Bierhoff, manager tim Jerman, dalam wawancara dengan ESPN, Selasa (8/7/2014) lalu.
Match Insight juga membantu tim Jerman melakukan evaluasi. Perangkat itu terhubung dengan kamera di lapangan yang bisa merekam pertandingan. Video rekaman berdurasi singkat bisa dikirim kepada pemain lewat perangkat mobile.
Bierhoff mengatakan, "Pemain mendapatkan beberapa contoh hal baik dan buruk yang dilakukan setiap pertandingan usai. Mereka bisa melihat kapan pun serta bisa juga mengecek data performa permainan."
Bukti bahwa Match Insight membantu, selain dalam kemenangan telak melawan Brasil, adalah saat bertanding melawan Perancis. Tim Jerman menjadi tahu, selama pertandingan, tim Perancis cenderung terkonsentrasi di tengah tetapi lemah di bagian sayap. Celah itu digunakan untuk menyerang.
Tak cuma Match Insight. Jerman, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (12/7/2014), juga menjadi satu-satunya tim yang menggunakan pelacak GPS untuk mendeteksi gerakan dan vitalitas pemain. Dengan itu, mereka meminimalisasi risiko cedera.
Selain perangkat lunak, Jerman juga menggunakan wawasan biologi dan kedokteran untuk meningkatkan performa pemain. Sebelum Piala Dunia, tim Jerman mengadakan latihan selama 10 hari di Alpen, Italia.
Mengapa Alpen? Wilayah itu berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Latihan di tempat itu akan memicu produksi hemoglobin, molekul yang membawa oksigen dalam peredaran darah. Dengan hemoglobin lebih banyak, pemain memiliki ketahanan lebih tinggi.
Delapan hari sebelum pertandingan, tim Jerman menuju tempat tinggal sementara mereka di Brasil di wilayah dekat Porto Seguro. Di sana, mereka punya tempat tinggal sementara dengan kapasitas 60 kamar yang dibangun setahun lalu oleh pengembang Hirmer Immobilien GmbH & Co.
Mengapa mereka tinggal di sana, tidak di hotel? Di tempat itu, tim Jerman belajar beradaptasi dengan kondisi tropis yang lembab. Sebelum Piala Dunia kali ini, Jerman belum memenangkan pertandingan yang digelar di Amerika Latin.
Langkah Jerman kali ini boleh jadi menandai era baru dalam pertandingan olahraga. Dalam pertandingan olahraga masa depan, bukan cuma kekuatan pemain yang diadu, melainkan juga kedigdayaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka, beruntunglah wahai kalian yang bersekolah di As-Syifa karena disana kita diajarkan untuk menyelesaikan problem dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi gunakanlah ilmu kalian untuk hal yang bermanfaat, dan gunakan laptop dan gadget kalian untuk menghasilkan suatu prestasi.
Dari : Sena
Kelas : 11-IIS
PENTINGNYA MEMPELAJARI BELADIRI (Oleh Faisal A J)
Kamis, Agustus 21, 2014
No comments
Tingkat kriminalitas semakin tinggi.
Premanisme bak wabah yang menular ke setiap daerah. Aparat keamanan, tampak
semakin kewalahan, sehingga kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang
bisa mencegah. Berita-berita mengerikan setiap hari kita dengar melebihi
sarapan pagi. Entah itu soal pembunuhan,
perampokan, bahkan pemerkosaan. Lantas apakah kita akan berdiam diri
menyaksikan semua itu lewat di depan mata, menunggu aparat keamanan datang atau
mengharapkan seorang macam ’superman’ turun tangan?
Keamanan dan perlindungan lebih banyak berada
di tangan kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain karena
mereka juga dalam posisi yang sama. Saat ini semua orang, anggota masyarakat
sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Kriminal bisa menyentuh
laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi
sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri.
Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk
menghindari kejahatan. Misalnya, jangan mudah percaya pada kata-kata orang
lain. Sebaiknya kita melakukan perjalanan tidak seorang diri, apalagi jika di
malam hari. Kaum perempuan juga dihimbau agar mengenakan pakaian yang sopan dan
tidak mengenakan perhiasan, dsb. Namun semua itu adalah batas minimalis yang
bisa kita lakukan. Bagaimana jika sudah melakukan hal-hal itu, ternyata kita
terpaksa berhadapan dengan penjahat?
Mengapa kita tidak menggalakkan ilmu bela
diri? begitu banyak perguruan ilmu bela diri di tanah air yang bisa kita ikuti.
Dahulu, ilmu bela diri mencapai puncak kejayaan sehingga memiliki banyak
pengikut. Namun harus diingat bahwa bela diri bukan untuk bergaya, tetapi bisa
digunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Saya apresiasi terhadap
sekolah-sekolah yang mencantumkan bela diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
Akan lebih baik lagi jika para pendidik menyoalisasikan agar siswa-siswa
mengikutinya disertai penjelasan situasi dan kondisi yang semakin rawan.
Para
orang tua, sebaiknya juga mengupayakan agar anak-anaknya belajar ilmu
bela diri. Lihat kemungkinan yang terdekat, kalau di sekolah masing-masing ada,
maka lebih baik izinkan mereka mengikutinya. Namun kalau di sekolah tidak
menyelenggarakan ekstra kurikuler bela diri, carilah perguruan ilmu bela diri
terdekat, entah itu karate, tae kwondo, silat, jiu jitsu dll. Kegiatan ini
sangat bermanfaat. selain untuk melindungi diri dari kriminalitas, ilmu bela
diri juga membangkitkan rasa percaya diri pada seseorang, membuat tubuh menjadi
sehat dan kuat. Bandingkan dengan anak-anak yang hobinya hanya main game atau
terjebak dalam pergaulan bebas.
Ilmu bela diri juga tidak hanya bisa diikuti
oleh remaja dan atau anak-anak muda. Orang tua pun bisa mempelajarinya. Banyak
orang yang merasa sudah bertambah usia,
semakin berkurang tenaganya sehingga tidak akan bisa berolahraga berat. Memang
benar bahwa beberapa macam ilmu bela diri membutuhkan banyak tenaga seperti
karate dan tae kwondo. Orang tua tidak bisa dipaksa untuk memilih semacam itu,
tetapi bisa memilih jenis ilmu bela diri lainnya yang lebih lembut. Misalnya
silat, ilmu bela diri asli Indonesia ini memiliki beberapa katagori yang bisa
diikuti anak-anak hingga dewasa. Dan silat, relatif tidak menguras terlalu
banyak tenaga fisik.
Jadi, apa sulitnya mempelajari bela diri? soal
waktu? kalau orang kantoran, bagaimana jika diusulkan kepada manajemen agar
menyelenggarakan kegiatan tersebut di halaman kantor setelah usai jam kantor.
daripada terjebak kemacetan di jalan, lebih baik mempelajari ilmu bela diri.
Toh, rata-rata hanya dua kali dalam seminggu. Atau carilah perguruan ilmu bela
diri yang melakukan latihan pada hari libur, misalnya sabtu atau minggu. Kalau
ada kemauan pasti ada jalan. Tunggu apa lagi? sampai kita menjadi korban
kriminalitas? Semoga tidak.