Opening SBC (Syifa BasketBall Cup)

Syifa BasketBall Cup 2014. Acara Ini Adalah event tahunan BEM As-Syifa Boarding School seiringnya ada Hari Raya Iedul Adha / Iedul Qurban. Acara Ini temanya adalah Quban Cup Yang Bernama Syifa BasketBall Cup....

Idul Adha #Qurban #1435H

Foto-Foto Dokumentasi Suasana Idul Qurban 1435H di SMAIT As Syifa Boarding School Putra You Want Look? Klick In Here!

Sekolah Kerja Nyata (Cupunegara)

SKN atau Sekolah Kerja Nyata adalah agenda tahunan SMAIT As-Syifa khusus bagi murid-murid kelas 11. Sesuai namanya, SKN terinspirasi dari kegiatan mahasiswa yaitu...

Ramadhan di Asbosch

Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Ramadhan tiba… Asek dah, setelah satu tahun kita ditinggal tamu agung ini, akhirnya allah mempertemukan kita lagi...

Party Foremost

Foto-Foto Dokumentasi Suasana Pesta Anak-anak... eweuh gawe... You Want Look? Klick In Here!

Jumat, 20 Maret 2015

Karya Anak SMA _ Tentang Budaya _ Untuk Indonesia _ Kualitas Dunia

Karya Anak SMA_Tentang Budaya_Untuk Indonesia_Kualitas Dunia

                Indonesia sangat terkenal akan budayanya yang banyak. Mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat ratusan bahkan ribuan budaya tersebar dimana-mana. Namun, di zaman yang arus informasi dapat mengalir dengan mudah ini, budaya kita semakin ditinggalkan bahkan dilupakan. Berikut ada karya anak-anak SMA mengenai budaya Indonesia.

“The Identity Seeker”


        Film pendek yang hanya berdurasi 2 menit 59 detik ini bukanlah film yang menjelaskan kepada kita tentang keanekaragaman budaya atau banyaknya budaya Indonesia. Tapi, film ini mengajak kita untuk lebih mengenal, mengetahui, dan melestarikan budaya yang sudah mulai ditinggalkan.

 Film ini menceritakan seorang tokoh yang terbiasa hidup mewah, uang bergelimpangan, jabatan ditangan, dan menjadi dambaan bagi banyak perempuan. Dia hidup dalam lingkaran budaya barat dan karena kehidupannya yang serba mapan ia pun tidak mengenal budaya negaranya sendiri, yaitu negara Indonesia. Akhirnya, ia pun mulai bosan dengan gaya hidupnya yang sangat mengikuti budaya barat.

 Sampai disuatu pagi. Dengan ditemani secangkir kopi. Ia membuka laptop dan mencari. Tentang budaya Ibu Pertiwi. Dan ia memutuskan untuk pergi. Melihat budayanya dengan mata kepala sendiri. Ia pun bertekad untuk mengenal lebih jauh lagi. Dengan budaya Indonesia yang sangat menginspirasi. Dan ia bertekad meninggalkan gaya hidupnya yang terombang-ambing westernisasi..
“Budaya adalah identitas suatu bangsa, maka sebagai bangsa Indonesia, jangan lupa terhadap budaya kita sendiri !!!”
Bagi yang ingin menyaksikan atau mendownload film tersebut. Berikut link film tersebut :
Jangan lupa untuk di Like & Share ya..


#AkuBanggaMenjadiBangsaIndonesia

Rabu, 18 Maret 2015

Foremost Goes to Campus

Foremost Goes to Campus


            Pagi itu tepatnya jam 4, kita semua sudah sibuk mengurus diri sendiri. Ada yang mandi, makan, memakai seragam, dan membawa peralatan yang akan dibawa untuk goes to campus. Kita Shalat Shubuh dengan memakai seragam hari senin, lengkap dengan jas dan dasinya. Selepas Shalat Shubuh, kita langsung menuju bis, dan kita Al-Ma’tsurat di bis. Lepas Al-Ma’tsurat dilanjutkan dengan sarapan. Habis sarapan aktivitasnya mulai beragam, ada yang baca novel, nyanyi-nyanyi, tidur, bahkan ada yang cuma bengong ngeliatin jalan.

            Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam, kita akhirnya tiba di Universitas Indonesia. Masuk kedalam UI cukup jauh, dan memang UI itu sangat luas bila dibandingkan dengan kampus-kampus yang lainnya di Indonesia. Di UI ada sebuah Stadion yang langsung membuat anak-anak bergumam “wih..” di sebalah kanan juga tampak gerbang menuju Politeknik Negeri Jakarta, yang pada awalnya bernama Politeknik Universitas Indonesia. Namun pada tahun 1998 –kalau nggak salah- PNJ mendirikan kampus sendiri dan berpisah dari UI. Walaupun tempatnya masih di dalam kawasan UI.

            Kita ‘berpisah’ disana, dalam artian anak-anak alam berkunjung ke Fakultas Teknik, sedangkan anak-anak sosial mengunjungi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Selama 3 jam anak-anak alam dan sosial sibuk mendengarkan presentasi dan ‘muter-muter’ di fakultas masing-masing. Tepat pada pukul 12, kita berkumpul lagi di Masjid Ukhuwah Islamiyyah untuk melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah. Selesai Shalat, kita semua kembali ‘mengisi bahan bakar’ –makan- kemudian dilanjutkan dengan materi tentang keislaman dan kehidupan di kampus terkhususnya di UI dalam kacamata dakwah.

            Sudah puas jalan-jalan di UI, kita berangkat menuju Sekolah Masjid Terminal yang terletak di Jalan Margonda, Depok. Tepatnya di samping ITC Depok. Sekolah Masjid Terminal atau yang biasa disingkat MasTer ini mempunyai murid anak-anak jalanan yang bebas masuk kapan saja.

            “Pendafataran disini dibuka terus sepanjang tahun. Jadi, nggak pernah tutup. Selama orang tersebut masih punya nyawa dan pengen belajar maka orang itu berhak untuk sekolah di sini. Syarat masuknya cuma dua, yaitu punya nyawa dan pengen belajar.” Kata salah seorang perwakilan dari Sekolah Master dengan menekankan kata “Pengen” dan diiringi dengan tepuk tangan yang meriah, baik itu dari As-Syifa maupun dari Sekolah Master sendiri.

            Setelah sharing, saling bertanya, dan saling menampilkan sebuah penampilan selama kurang lebih 1 jam, dilanjutkan dengan melihat-lihat keadaan Sekolah Master. Tembok gedungnya terbuat dari container bekas yang dicat ulang, serta atapnya yang berupa seng, didalam kelasnya hanya terdapat meja pendek yang panjang yang biasa digunakan untuk belajar mengaji. Bahkan, persis dibelakang sekolah itu terdapat tempat bermain billiard. Namun, Sekolah Master juga pernah mendapat bantuan berupa komputer. Jadi, di Sekolah Master terdapat sekitar 100 komputer yang dipisahkan dua ruangan. Tetap saja hidup mereka penuh dengan keterbatasan. Dan yang membuat kita kagum adalah dengan fasilitas yang seadanya, dan bermodalkan semangat belajar yang tinggi Sekolah Master mampu meluluskan para anak jalanan dan masuk ke UI, ITB, IPB, dll, bahkan tidak sedikit lulusan dari Sekolah Master yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi Luar Negeri. Oh iya, Sekolah Master itu ada mulai dari TK – SMA dan yang pastinya gratis, termasuk gurunya yang tidak dibayar alias sukarelawan yang biasanya berasal dari para mahasiswa/i.

            Kita juga memberikan bantuan kepada Sekolah Master berupa pakaian layak pakai sekitar 8 trash bag, buku-buku pelajaran 1 trash bag, buku tulis 160 buah, pensil 60 buah, pulpen sekitar 5 sampai 8 pak (lupa), serta uang tunai kurang lebih 250 ribu rupiah.

            Puas mengagumi serta berfoto-ria di Sekolah Master, akhirnya kita jalan menuju bis untuk kembali menuju As-Syifa Subang. Sampai sekitar pukul 10, kita semua langsung beranjak istirahat. Sungguh hari yang melelahkan, tapi sangat menyenangkan.. :D

Kamis, 12 Maret 2015

11 Social To FEB UI



11 Sosial Class Goes to UI

                Kita  tiba di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau yang biasa disingkat FEB ini sekitar pukul 09.00. setibanya disana kami langsung disambut oleh BEM FEB UI menuju sebuah ruangan tertutup di lantai 3. Dengan modal snack kotak (dikasih), Kami memasuki ruangan tersebut. Ruangan itu ber-AC, memilki meja yang membentuk kotak ditengah ruangan, sangat cocok untuk rapat.
                 Dibelakangnya tersedia 25an kursi, dan disanalah kita duduk menyimak presentasi tentang FEB UI. Dengan mic yang persis seperti yang ada di gedung DPR, Kak Aulia dan Kak Adam menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan FEB di UI. Mulai dari cara masuk hingga biaya yang harus dikeluarkan dijelaskan oleh mereka.

               Setelah sekitar 1 jam mendengarkan presentasi yang menarik, dibukalah sesi Tanya-Jawab. Sangat beragam pertanyaan yang dilontarkan oleh kelas 11 IIS ini, mulai dari Buku yang dibuat oleh salah satu dosen di FEB, cara bertahan hidup di kos-kosan, hingga pandangan FEB tentang pemerintahan Jokowi pun ditanyakan.

              “Kami mendukung kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintahan Jokowi.. dan kami adalah satu dari 4 BEM Fakultas di UI yang mendukung kebijakan BBM tersebut, sedangkan BEM UInya sendiri itu menolak kenaikan BBM.” Itulah jawaban yang diberikan oleh ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ketika ditanya pendapatnya tentang pemerintahan Jokowi dilihat dari aspek ekonominya.

             “Kenapa? Karena subsidi BBM yang telah berlangsung sejak lama itu nggak efektif. Salah sasaran, yang menggunakan bukan rakyat menengah kebawah, tapi justru kebanyakan rakyat menengah keataslah yang menggunakannya. Dan atas dasar itu kita mendukung penghapusan subsidi untuk BBM.” Lanjut Fajar, Ketua BEM FEB.
                Setelah sesi Tanya-jawab selesai, kami diantar oleh kakak-kakak dari FEB mengelilingi Komplek FEB, ada perpustakaan FEB yang hanya FEB satu-satunya fakultas yang memiliki perpustakaan di UI, perpustakaan itu sangat besar. Terdiri dari empat lantai dengan gedung yang tampak dari luar 2 kali besarnya gor As-Syifa. Di FEB juga ada kafe, kantin, mini market, dan toko elektronik.
                “Kalo kamu kuliah di jurusan Akutansi nanti bisa dapet diskon disini.” Kata salah satu kakak dari BEM FEB UI sembari membanggakan jurusannya.
                “Kalo jurusan yang lain?”
                “Nggak dapet diskon. Yang dapet cuman jurusan Akutansi.”
                “Ooohh..” Gumam kami secara serempak.
                Sehabis jalan-jalan memutari seluruh komplek Fakultas Ekonomi dan Bisnis, kita berfoto bareng di depan tugu lambang UI yang bercorak abu-abu sebagai tanda bahwa itu FEB, sebab, perbedaan fakultas di UI hanya dibedakan berdasarkan warna. Sudah puas berfoto ria, kita jalan kembali menuju bis yang telah menunggu di depan gerbang Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
                Berkunjung ke FEB sangat membuat anak-anak kelas 11 IPS tertarik untuk masuk ke FEB UI. Itu terbukti dari semakin banyaknya daftar anak-anak kelas 11 IPS yang bercita-cita kuliah di UI.
:) Terimakasih Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia! :)